Jumat, 16 November 2018

ALBI (Okt 2015 - Ags 2018)

Ini adalah si Albi, peliharaan kesayanganku

Selengkapnya......

Agustus 2018 Leoni

Ini foto-foto Leoni waktu ikut karnaval Agustus 2018










Selengkapnya......

Lupa user dan Password Lagi

Setelah yang lalu lupa user dan password, kini terulang lagi... payah


Di tahun 2016 (sekitar bulan November) saya pernah menghadapi masalah, yaitu lupa user dan password dari account yang pernah dibuat, seperti pada blogger, wordpress dan onedrive serta googledrive. Hal ini dapat terjadi karena ada jeda waktu yang cukup lama di mana saya tidak masuk ke dalam account-account tersebut. Akhirnya sebagai jalan keluar, saya membuat sebuah file text di notepad untuk menyimpan informasi tersebut. File tersebut kemudian disimpan ke dalam eksternal hardisk. Suatu saat eksternal hardisk tersebut bermasalah dan harus diformat ulang. Ini mengakibatkan data yang berada di dalamnya menjadi hilang/kosong.
Nah, di tahun 2018 ini (juga di bulan November), kembali lagi saya perlu mengakses account-account tersebut di atas. Sayangnya user dan atau passwordnya saya lupa. Sedangkan file text berupa infomasi user dan password sudah tidak ada lagi karena eksternal hardisk telah diformat. Akhirnya dengan segala daya dan upaya, saya berusaha untuk menggali kembali memori lama yang ada di dalam otak ini, untuk memancing kaluar informasi user dan password account-acount tersebut. Setalh lewat beberapa hari, dengan batuan sebotol kecil peci seharga Rp 10.000,- dan refreshing sebentar dengan jalan-jalan ke Pantai Walakiri, akhirnya beberapa informasi tentang user dan password tersebut berhasil dipancing keluar.
Dan kini, untuk mengamankannya, saya tuliskan saja di sini.
  • user-password OneDrive dan GoogleDrive lihat di KasdaGo
  • user-password Wordpress: ikiakujbr001@gmail.com doubelgar
  • user-password Blogger email biasa - pass biasa.
Mudah-mudahan ini bisa menjadi salah satu jalan keluar terhadap permasalahan ini di kemudian hari.

Pelajaran yang dapat dipetik di sini adalah MERDEKA dari penjajahan selama 350 tahun adalah jauh lebih mudah dibandingkan MERDEKA dari LUPA yang telah menjadi kodrat sebagai insan.

LUPAlah yang membantu OTAK kita tidak HANG karena OVERLOAD.

He...he...he... mulai ngelantur... stop ah....


Selengkapnya......

Jumat, 18 November 2016

Memasang Solar Home System atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya Mini untuk Rumah


Memasang Solar Home System atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya Mini untuk Rumah



Artikel menarik yang dicopas dari  Agus Haris Widayat (Dosen Pertambangan IRB).
-----------------------------------------------

Catatan: SHS yang saya rangkai dalam tulisan ini sudah mengalami modifikasi untuk meningkatkan efisiensi maupun safety. Perubahan-perubahan modifikasi dicatat di bagian akhir tulisan ini.
*****
DISCLAIMER: SHS yang saya rangkai ini hanyalah sebatas uji coba sebagai bagian dari hobi saya tentang elektronika. Sistem/rangkaian yang dipaparkan dalam tulisan ini tidak merujuk pada standar mana pun, namun tetap memerhatikan aspek safety kelistrikan pada umumnya. Sistem/rangkaian dalam tulisan ini tidak disarankan diaplikasikan oleh pihak/kontraktor mana pun untuk layanan instalasi profesional tanpa adanya riset kelaikan untuk umum. Anda yang ingin membangun SHS di rumah, disarankan berkonsultasi dengan kontraktor profesional di kota/daerah Anda, dan tidak disarankan untuk memasangnya sendiri.
*****
Saya mempunyai salah satu hobi yang cukup berbeda dengan profesi yaitu ‘elektronika’. Sejak SMP sudah suka utak-atik dan bikin radio, walky talky, dll. Berkaitan dengan hobi tersebut, dalam tulisan ini saya akan mencoba berbagi tentang solar home system(SHS) yang sudah saya pasang di rumah.
Ide untuk membuat PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) mini untuk perumahan atau SHS ini sebenarnya sudah lama. Ketika tinggal di Jerman, perumahan di seberang kampus saya dulu ternyata atap-atap rumahnya banyak yang dipasang panel surya. Benar-benar inspiratif karena di negara yang musim panasnya hanya seperempat tahun saja sudah mulai menggunakan energi yang bersumber dari matahari. Indonesia yang terletak di daerah tropis seharusnya mulai melirik sumber energi terbarukan ini.
Masalah keekonomian, memang perlu hitung-hitungan apakah SHS ini bisa dibilang lebih irit dari listrik PLN atau tidak, tulisan ini tidak mengarah ke sana. Yang jelas investasi awal memang besar, namun setelahnya tidak memerlukan biaya operasional. Kita hanya perlu melakukan perawatan saja terutama untuk aki sebagai penyimpan energi listrik.

Gambar 1. Skema SHS





















Untuk membuat SHS setidaknya harus ada empat komponen utama seperti pada Gambar 1 yaitu:
1. Panel surya
2. Solar charge controller
3. Aki
4. Inverter DC ke AC
1. Panel Surya
Panel surya adalah alat yang digunakan untuk mengubah sinar matahari menjadi listrik. Dalam sinar matahari terkandung energi dalam bentuk foton. Ketika foton ini mengenai permukaan sel surya, elektron-elektronnya akan tereksitasi dan menimbulkan aliran listrik. Prinsip ini dikenal sebagai prinsip fotoelektrik. Sel surya dapat tereksitasi karena terbuat dari material semikonduktor yang mengandung unsur silikon. Silikon ini terdiri atas dua jenis lapisan sensitif: lapisan negatif (tipe-n) dan lapisan positif (tipe-p).
Terdapat setidaknya dua jenis panel surya yaitu polikristalin dan monokristalin. Panel surya monokristalin merupakan panel yang paling efisien yang dihasilkan dengan teknologi terkini dan menghasilkan daya listrik per satuan luas yang paling tinggi. Monokristal dirancang untuk penggunaan yang memerlukan konsumsi listrik besar pada tempat-tempat yang beriklim tropis. Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik di tempat yang cahaya mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan.
Panel surya polikristalin merupakan panel surya yang memiliki susunan kristal acak karena difabrikasi dengan proses pengecoran. Tipe ini memerlukan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis monokristalin untuk menghasilkan daya listrik yang sama. Panel surya jenis ini memiliki efisiensi lebih rendah dibandingkan tipe monokristalin, sehingga memiliki harga yang cenderung lebih rendah. Keunggulan tipe polikristalin adalah panel surya masih dapat mengkonversi energi yang lebih tinggi pada cuaca yang berawan jika dibandingkan dengan tipe monokristalin.
2. Solar Charge Controller
Solar controller adalah alat yang digunakan untuk mengontrol proses pengisian muatan listrik dari panel surya ke aki dan juga pengosongan muatan listrik dari aki ke beban seperti lampu, inverter, TV, dll. Terdapat setidaknya dua jenis solar controller yaitu yang menggunakan teknologi PWM (pulse width modulation) dan MPPT (maximum power point tracking). Solar controller PWM akan melakukan pengisian muatan listrik ke aki dengan arus yang besar ketika aki kosong, dan kemudian arus pengisian diturunkan secara bertahap ketika aki semakin penuh. Teknologi ini memungkinkan aki akan terisi dalam kondisi yang benar-benar penuh tanpa menimbulkan ‘stress’ pada aki. Ketika aki penuh solar controller ini akan menjaga aki tetap penuh dengan tegangan float tertentu.
Untuk membuat rangkaian SHS bisa bekerja, maka tegangan output dari panel surya harus lebih besar daripada tegangan aki yang akan diisi muatan listrik. Apabila tegangan output panel surya sama atau bahkan malah kurang dari tegangan aki, maka proses pengisian muatan listrik ke aki tidak akan terjadi. Umumnya panel surya dapat mempunyai tegangan output sekitar 18 volt, masuk ke solar controller yang mempunyai tegangan output antara 14,2 – 14,5 volt untuk pengisian aki 12 volt. Dengan demikian akan terdapat kelebihan tegangan sekitar (18 – 14,5 = 3,5) volt. Pada solar controllerdengan teknologi MPPT, kelebihan tegangan ini akan dikonversikan ke penambahan arus pengisian aki, sehingga teknologi ini mempunyai efisiensi yang lebih tinggi daripada PWM.
3. Aki
Aki adalah media penyimpan muatan listrik. Secara garis besar aki dibedakan berdasarkan aplikasi dan konstruksi. Berdasarkan aplikasi maka aki dibedakan untuk engine starter(otomotif) dan deep cycle. Aki otomotif umumnya dibuat dengan pelat timbal yang tipis namun banyak sehingga luas permukaannya lebih besar (Gambar 2). Dengan demikian aki ini bisa menyuplai arus listrik yang besar pada saat awal untuk menghidupkan mesin. Aki deep cycle biasanya digunakan untuk sistem fotovoltaik (solar cell) dan back up power, dimana aki mampu mengalami discharge hingga muatan listriknya tinggal sedikit.









Gambar 2. Jenis aki starter (otomotif) (a) dan deep cycle (b)









Jenis aki starter atau otomotif sebaiknya tidak mengalami discharge hingga melampaui 50% kapasitas muatan lsitriknya untuk menjaga keawetan aki. Apabila muatan aki basah sampai di bawah 50% dan dibiarkan dalam waktu lama (berhari-hari tidak di-charge kembali), maka kapasitas muat aki tersebut akan semakin berkurang sehingga menjadi tidak awet. Berkurangnya kapasitas muat aki tersebut karena proses pembentukan kristal sulfat yang menempel pada pelat ketika muatan aki tidak penuh (di bawah 50%). Keawetan aki berkaitan dengan banyaknya discharging pada kedua jenis aki tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.





Tabel 1. Siklus pengisian pada jenis aki otomotif dan deep cycle






Secara konstruksi aki dibedakan menjadi tipe basah (konvensional, flooded lead acid), sealed lead acid (SLA), valve regulated lead acid (VRLA), gel, dan AGM (absorbed glass mat); dimana semuanya merupakan aki yang berbasis asam timbal (lead acid). Tabel 2 menunjukkan voltase yang diperlukan untuk proses absorption charging (dengan arus maksimum) dan float charging (untuk mencegah self discharge) pada jenis-jenis aki tersebut.









Tabel 2. Voltase charging untuk berbagai jenis aki

.


Gambar 3. Model gelombang inverter





























4. Inverter
Inverter adalah perangkat yang digunakan untuk mengubah arus DC dari aki menjadi arus AC dengan tegangan umumnya 220 volt. Alat ini diperlukan untuk SHS karena menyangkut instalasi kabel yang banyak dan panjang. Apabila beban bukan untuk instalasi rumah, misalnya hanya untuk menghidupkan satu lampu atau alat dengan voltase 12 VDC dan tidak menggunakan kabel yang panjang (seperti PJU: Penerangan Jalan Umum), inverter tidak diperlukan. Apabila jumlah beban banyak dan kabel panjang dan tetap menggunakan arus DC 12 volt tanpa inverter, maka akan banyak sekali listrik yang hilang di kabel (losses). Selain itu jika menggunakan inverter yang mengubah menjadi arus AC 220 volt, ini akan sesuai dengan listrik PLN sehingga bisa dibuat listrik hibrid (gabungan listrik PLN dan SHS) dengan instalasi kabel dan lampu yang sama.
Terdapat tiga jenis inverter dilihat dari gelombang output-nya yaitu pure sine wavesquare wave, dan modified sine wave (Gambar 3).
Inverter pure sine wave mempunyai bentuk gelombang sinus murni seperti listrik dari PLN. Bentuk gelombang ini merupakan yang paling ideal untuk peralatan elektronik pada umumnya.
Inverter square wave mempunyai bentuk gelombang kotak sebagai hasil dari proses swicthing sederhana. Bentuk gelombang ini tidak ideal dan dalam banyak kasus dapat merusak peralatan elektronik rumah tangga.
Inverter modified sine wave mempunyai gelombang yang dimodifikasi mendekati bentuk sinus. Bentuk gelombang ini dapat merusak peralatan yang bersifat sensitif.
Inverter square wave sebaiknya dihindari supaya tidak merusak peralatan elektronik, sedangkan inverter modified sine wave sebaiknya tidak digunakan untuk peralatan yang mengubah listrik menjadi gerakan seperti pompa, kipas angin, printer, dll. Inverter modified sine wave merupakan inverter yang banyak dijual di pasaran, sedangkan inverter pure sine wave jarang ada di pasaran karena harganya yang mahal, sekitar 10 kali lipat harga inverter modified sine wave.
Merangkai Solar Home System
Rangkaian SHS sebenarnya sangatlah sederhana seperti pada Gambar 1 di atas. Panel surya yang saya gunakan sebanyak 6 yang terdiri dari 2 panel 50 watt peak (Wp) dan 4 panel 100 Wp, masing-masing mempunyai tegangan output 18 volt. Untuk menghindari losses listrik yang besar, SHS yang saya pasang menggunakan sistem solar controller 24 volt, bukan 12 volt. Supaya tegangannya mencukupi untuk pengisian aki, maka panel surya harus diseri. Dua kali dua (2 x 2) panel 100 Wp diseri menghasilkan tegangan 36 volt dan arus maksimum 2 x 5,8 A, kemudian dua kali panel 50 Wp juga diseri menghasilkan tegangan 36 volt dan arus maksimum 3A. Dua rangkaian tersebut kemudian diparalel sehingga diperoleh panel surya total 36 volt dan arus maksimum 14,6 A (Gambar 4).


Gambar 4. Skema kombinasi panel surya















Untuk panel surya saya pilih yang tipe monokristalin karena komplek perumahan yang berada di sekitar sawah dimana tidak ada halangan sinar matahari yang cukup berarti sepanjang pagi hingga sore kecuali awan/mendung. Sehingga tipe monokristalin ini akan memberikan efisiensi konversi energi yang lebih baik. Gambar 5 dan Gambar 6 adalah foto panel surya yang saya pasang di atas genting rumah.



Gambar 5. Panel surya 4×100 Wp, di atas genting yang menghadap ke timur


Gambar 6. Panel Surya 2×50 Wp, di atas genting yang menghadap ke barat
































Output dari panel surya dialirkan ke solar controller yang kemudian diatur untuk pengisian aki dan juga beban ke inverter (Gambar 7). Hal yang harus diperhatikan adalah besarnya kabel koneksi. Berhubung arus yang akan mengalir ke solar controller dan kemudian ke aki dan inverter cukup besar, maka kabel harus menyesuaikan. Acuan singkatnya untuk arus sebesar 10 A maka kabel yang dipasang setidaknya mempunyai ukuran luas penampang minimal 2,5 mm2, jika kurang dari itu maka kabel bisa panas dan terbakar.


Gambar 7. Koneksi solar controller






















Solar charge controller yang digunakan seperti pada gambar di bawah, dengan kapasitas 30 A (Gambar 8). Menurut saya ini adalah jenis controller yang cukup bagus karena beberapa alasan.
Pertama, controller ini menggunakan teknologi MPPT sehingga efisiensi dalam pengisian aki lebih tinggi. Sesuai spesifikasi panel surya yang saya rangkai, arus pengisian adalah 14,6 A, namun dengan solar controller ini kelebihan tegangan panel surya dikonversi ke arus pengisian sehingga totalnya menjadi maksimal kurang lebih 18 A.
Kedua, parameter bisa diubah-ubah sesuai dengan tipe aki. Sebagai contoh tegangan pengisian (charging) ‘float’ bisa diubah-ubah. Tegangan charging float untuk aki basah umumnya 13,5 volt untuk aki 12 volt atau 27 volt untuk aki 24 volt. Jenis aki lain mempunyai tegangan charging float yang berbeda. Parameter lain yang bisa diubah adalah tegangan aki minimum ketika aliran listrik ke beban harus diputus. Ketika terjadi proses discharging karena digunakan oleh beban, maka tegangan aki akan terus berkurang. Ketika tegangan yang menurun tersebut sampai pada tegangan minimum yang ditentukan tadi, maka solar charge controller otomatis akan memutuskan aliran ke beban supaya aki tidak terjadi over-discharging. Fitur ini sangat penting ketika kita tidak menggunakan jenis aki deep cycle. Dari beberapa fitur yang disebut di atas, sudah jelas controller ini sangat fleksibel.
Ketiga, controller ini sangat informatif dengan parameter-parameter semua ditampilkan dalam layar LCD seperti arus dan tegangan charging, serta arus dan tegangan discharging.
Keempat, seperti jenis controller pada umumnya, disertai fitur program otomasi untuk pengaturan kapan aliran beban disambung dan diputus, apakah dengan timer atau dengan indikator sinar matahari (ON ketika gelap di sore hari, dan OFF ketika terang di pagi hari).


Gambar 8. Solar Charge Controller MPPT 12/24 volt (Auto), 30 A.

















Jenis aki yang digunakan adalah aki basah sebanyak 2×100 Ah dan 2x60Ah yang dikombinasi seri dan paralel seperti skema Gambar 7 di atas. Dari konfigurasi tersebut diperoleh aki 24 volt dengan kapasitas muatan 160 Ah. Di sini saya sengaja memilih jenis aki basah karena lebih murah dari jenis aki lain (Gambar 9). Dengan jenis solar charge controller seperti dijelaskan di atas, penggunaan aki basah saya pikir tidak terlalu menjadi masalah. Hanya saja kita memang harus rajin memeriksa level air aki setidaknya setiap 2 bulan sekali.
Selain itu penempatan aki basah dalam ruang tertutup atau di dalam rumah juga cukup beresiko, karena selama proses charging aki akan mengeluarkan uap air aki yang berbau menyengat dan tidak bagus bagi manusia. Untuk mengantisipasinya, saya pasang selang ventilasi dari lemari kecil tersebut melewati dalam tembok bersama kabel-kabel dan kemudian dihisap dengan kipas hisap yang biasanya untuk laptop di atas plafon rumah.


Gambar 9. Aki Basah 160 Ah 24 Volt
















Inverter yang digunakan adalah jenis pure sine wave (Gambar 10). Sebelumnya saya menggunakan jenis modified sine wave dari berbagai merk dan spesifikasi yang ternyata memang bermasalah atau tidak cocok untuk beberapa alat elektronik di rumah seperti lampu jenis LED merk tertentu, sensor gerak dengan saklar relay, sensor cahaya dengan saklar relay, dll. Sehingga saya beralih ke inverter pure sine wave supaya benar-benar lebih aman untuk semua peralatan elektronik di rumah. Sampai saat ini dengan jenis inverter ini tidak ada masalah untuk semua peralatan elektronik.


Gambar 10. Inverter Pure Sine Wave 24 Volt
















Load atau beban disetel tersambung aliran listrik hanya ketika gelap (malam hari), dan ketika siang aliran listrik ke beban (inverter) akan diputus oleh solar controller. Beban yang terpasang adalah semua lampu di rumah, televisi, beberapa stop contact tertentu yang salah satunya untuk laptop. Beban dibagi dalam 4 saklar seperti Gambar 11 dan Gambar 12 di bawah.


Gambar 11. Panel Saklar


Gambar 12. Pembagian Beban Listrik pada 4 Saklar























Listrik di rumah dibuat sistem hibrid, yaitu menggunakan sumber listrik dari PLN dan PLTS. Saklar yang mengarah ke atas artinya menggunakan listrik PLN terus menerus selama 24 jam. Saklar mengarah ke bawah artinya menggunakan listrik PLN dan SHS yang berganti secara otomatis ketika petang dan pagi hari (sistem hibrid). Untuk yang terakhir ini, sistem otomasi cukup sederhana yaitu hanya menggunakan saklar elektrik (relay). Ketika solar controller memutus aliran ke beban, maka relay secara pasif akan menghubungkan aliran ke listrik PLN. Ketika gelap (petang) aliran ke beban tersambung sehingga menggerakkan relay yang kemudian mengganti sambungan listrik ke SHS.
Rata-rata beban SHS dari petang hari hingga malam jam 9 sekitar 200 Watt, sedangkan setelah jam 9 malam hingga pagi hari beban SHS rata-rata sekitar 100 Watt. Beban ini relatif kecil karena semua lampu sudah berupa lampu LED. Selain itu TV juga sudah menggunakan TV LED. Jika dihitung muatan listrik yang terpakai setiap malam rata-rata 60 Ah dari aki 24 volt. Karena muatan aki total adalah 160 Ah (24 volt) maka masih tersisa setiap pagi hari rata-rata 100 Ah, dimana ini masih jauh di atas 50% kapasitas muat aki, sehingga masih relatif aman supaya aki basah ini tetap awet.
Untuk charging dari panel surya, dengan mengasumsikan penyinaran matahari maksimum terjadi selama 5 jam sehari dengan arus 14,6 A maka akan tersimpan muatan sebesar 14,6 A x 5 jam = 73 Ah. Di luar 5 jam penyinaran maksimum tersebut, panel surya masih tetap melakukan charging namun dengan arus yang lebih kecil. Sehingga penggunaan 60 Ah setiap malam umumnya akan terkompensasi dengan pengisian aki pada siang hari.
Hitungan di atas hanyalah perkiraan kasar karena tidak memasukkan faktor efisiensi alat-alat.
Dalam kondisi musim penghujan proses charging bisa jadi akan kurang dari 50 Ah setiap harinya, sehingga aki semakin lama akan semakin terkuras habis setelah berhari-hari kondisi hujan (mendung). Untuk mengantisipasi supaya aki tetap terjaga dalam kondisi full setiap menjelang petang hari, dipasang juga charger aki biasa yang bersumber dari listrik PLN (Gambar 13).


Gambar 13. Charger Aki Konvensional

















Charger konvensional ini disetel secara otomatis akan hidup setiap harinya menjelang petang (jam 4 sore) untuk mengecek kapasitas aki apakah sudah full muatannya atau belum. Penyetelan otomatisnya menggunakan timer. Apabila kondisi aki belum full, maka charger konvensional akan melakukan pengisian aki. Apabila aki sudah full, maka charger konvensional tidak akan melakukan pengisian aki. Yang harus diperhatikan di sini adalah ketika charger konvensional hidup maka secara otomatis koneksi aki dan panel surya ke solar controller harus terputus. Mekanisme ini dilakukan dengan memasang saklar elektrik (relay).
Tentang biaya, perangkat-perangkat yang saya sebut di atas dibeli pada kuartal ke-3 tahun 2013 dengan harga pada saat itu. Harga panel surya sebenarnya sangat bervariasi di pasaran, tergantung merk. Panel surya yang saya beli merk-nya Sunrise buatan China dengan garansi 25 (dua puluh lima) tahun. Harga panel yang 100 Wp adalah Rp 1,8 juta, sedangkan panel yang 50 Wp Rp 1 juta. Harga aki basah 2×100 Ah dan 2×60 Ah total adalah Rp 2,7 juta. Solar charge controller MPPT 30 A harganya Rp 0,6 juta. Inverter pure sine wave 500 W (1200 W surge) harganya Rp 1,4 juta. Sehingga biaya keempat perangkat utama SHS adalah sekitar Rp 14 juta. Perangkat pendukung lain seperti kabel instalasi, saklar elektrik (relay), lampu-lampu LED, dll juga harus disiapkan.
SHS yang terpasang di rumah dilihat secara keseluruhan seperti pada Gambar 14 berikut.


Gambar 14. Solar Home System




















Sedangkan Gambar 15 di bawah ini adalah sebagian peralatan yang setiap malam dinyalakan dengan listrik bertenaga surya.






Gambar 15. Sebagian peralatan yang dinyalakan dengan listrik bertenaga surya.
.

.Tulisan ini saya buat untuk berbagi kepada siapa saja yang kebetulan tertarik utak-atik tentang SHS. Semua peralatan utama SHS saya beli secara online, baik dari penjual dalam negeri (panel surya, aki) maupun luar negeri (solar charge controllerinverter pure sine wave). Semoga pada tertarik dan semakin banyak komunitas yang memakai listrik bertenaga surya, karena negara Indonesia terletak di daerah tropis, maka tenaga matahari adalah sumber energi alternatif yang sangat melimpah.
Energi matahari, energi terbarukan, energi hijau….
Materi tulisan ini sebagian diambil dari beberapa sumber:
1. http://www.projectfreepower.com
2. http://www.cmacpower.co.za
3. http://www.panelsurya.com
4. http://www.sunpowerplus.co.nz
5. http://solarpanelindonesia.wordpress.com
6. http://panel-surya.blogspot.com
Terima kasih banyak kepada CV. Aneka Surya (http://www.anekapanel.com) atas suplai panel surya dan juga konsultasi gratis yang ramah selama ini.
Perhatian: SHS yang saya pasang ini sudah mempertimbangkan banyak aspek keamanan dan standar pemasangan. Jika Anda tertarik dengan SHS dan belum mengerti tentang kelistrikan secara umum dan SHS secara khusus, jangan memasangnya sendiri, sebaiknya meminta kepada kontraktor yang ada di daerah Anda untuk mendesain dan memasangnya.
UPDATE:
1. Karena banyak keterbatasan kapasitas maupun isu gas asam yang timbul, SHS/PLTS di rumah sudah diganti dengan aki VRLA (valve regulated lead acid) deep cycle sebanyak 2 buah masing-masing 110 Ah (2 x 100 Ah). Berikut foto setelah diganti dengan aki VRLA:


Aki VRLA Deep Cycle 2 x 100 Ah




















2. Selain itu juga dipasang desulfator aki merk CLEN. Desulfator mungkin belum banyak yang mengetahui manfaatnya, termasuk saya di awal pemasangan PLTS/SHS di rumah juga belum pernah mendengarnya. Namun setelah baca-baca referensi melalui internet ternyata saya merasa perlu untuk memasang desulfator. Kegunaannya adalah untuk menghancurkan kristal-kristal timbal sulfat yang menempel pada lempeng anoda. Timbal sulfat adalah hal yang biasa di dalam reaksi kimia aki, namun ketika kristal-kristal timbal sulfat menumpuk dan saling mengunci karena aki terlalu lama dibiarkan kosong muatan listriknya (lama tidak di-charge), maka kristal-kristal tersebut akan sulit terlarut kembali ketika aki di-charge sehingga akan menurunkan kapasitas aki atau aki menjadi soak. Aki yang soak bisa disebabkan oleh banyak faktor misalnya kerusakan fisik pada sel aki, penumpukan kristal sulfat (sulfation), dll. Statistik menunjukkan 84% aki yang soak disebabkan oleh sulfation. Dengan demikian penggunaan desulfator saya rasa bisa menjadi langkah untuk memperpanjang usia aki.
Saya menggunakan desulfator merk CLEN yang bisa musti-voltage dari 12 hingga 48 Volt. Pemasangannya cukup mudah yaitu dengan memasang kabel berwarna merah ke terminal positif aki dan kabel hitam ke terminal negatif aki. Jika sudah dipasang maka sesuai dengan fungsinya, desulfator akan mencegah sulfation atau dapat pula menghancurkan kristal-kristal timbal sulfat yang sudah lama menumpuk, sehingga aki menjadi ‘seperti baru’ lagi. Untuk lebih detil tentang desulfator bisa dilihat di link ini: .
Berikut gambar desulfator yang terpasang di SHS. Desulfator ini hanya saya fungsikan sekali dalam sebulan selama 2 hari non-stop.


Desulfator aki asam timbal (lead acid) CLEN.


















3. Berhubung banyak yang menanyakan tentang skema rangkaian. Berikut ini adalah skema rangkaian SHS di rumah saya dengan kondisi paling akhir.


Skema rangkaian SHS update Mei 2015

Selengkapnya......

Selasa, 15 November 2016

Lupa Username dan Password

Selama berselancar di dunia maya, hal yang paling sering dan telah berulang-ulang kali kita lakukan adalah account yang terdiri dari username dan password.


Username dan password biasa ini digunakan untuk menggunakan email, blog, hosting gratis (misalnya idhostinger) ataupun ruang simpan di server cloud (misalnya onedrive atau googledrive). Begitu seringnya kita membuat username dan password untuk kebutuhan-kebutuhan tersebut, sampai-sampai suatu ketika saat dibutuhkan kita malah sudah lupa username atau password yang pernah kita buat dulu. Ini merupakan salah satu pengalaman pribadi yang kadang kala sangat menjengkelkan. Apalagi kalau di dalamnya terdapat data yang sangat dibutuhkan secepatnya.

Karenanya untuk memudahkan, maka username dan password yang saya gunakan untuk kebutuhan di atas perlu didokumentasikan dengan baik. Diharapkan bagi yang membaca tulisan ini, agar dapat menghindarkan penggunaannya untuk hal-hal yang bersifat negatif atau merugikan, karena konsekuensinya anda tanggung sendiri. Saya tidak ikut-ikut... hehehe...

OneDrive:
dppkad_st@hotmail.com

GoogleDrive:
jamesbunga@ymail.com (kosong)
ikiakujbr001@gmail.com (coba)
ikiakujbr002@gmail.com (kosong)
ikiakujbr003@gmail.com (kosong)

Sebenarnya masih ada satu lagi account di GoogleDrive yang sampai sekarang belum dapat diingat lagi usernamenya... ini otak sudah buntu bapikir sama itu username... cukaminya...

jamesbunga18@gmail.com

IdHostinger
dppkad_st@yahoo.co.id (the first letter is capital)
jamesbunga18@gmail.com

Selengkapnya......

Minggu, 28 Desember 2014

Coba buat link

Ini baru mau coba buat link dengan embed yang digenerate dari cloud




Selengkapnya......

Rabu, 07 Agustus 2013

Lebaran Suntuk

8 Agustus2013;
Mood ancor... kantor bolos trus... ini hasilnya....


Gila benar... dalam tiga minggu hanya satu kali masuk kantor... Moodnya lagi tidak beres. Jadi bawaannya malas aja... Untung aja ada libur lebaran selama seminggu. Jadi bolosnya hanya sekitar dua minggu. Tiap hari di rumah aja, asyik belajar bareng Leo dan Kana. Walaupun Si Kana lebih asyik main HP, lihat-lihat SMS dari pacarnya... hehehehe... Ponakanku yang satu ini sudah beranjak remaja, jadi sudah mulai monyet-monyetan.


Akhirnya coba-coba webcam dan pake Yahoo Messenger (YM) untuk video chat dengan Leo.. Hmm, asik juga. Sampe-sampe Leoni dan Ela juga ikutan pangaco. Lalu coba-coba lagi foto pake webcam. Walau hasilnya terbatas (secara kualitas) tapi cukupanlah... Orang Sabu bilang era leke... hihihihi... Ada Ma Yone, Papa Ama, Leo dan saya yang lagi mejeng di depan laptop, paksa diri dengan pencahayaan yang sangat kurang, hanya harap penambahan bright dan contras lewat tools webcamnya.

Nantilah lain kali kalo sudah jago baru coba-coba bikin lagi. Soalnya yang ini hanya untuk belajar saja.




Selengkapnya......